Kerajaan Kediri terletak di sebelah selatan Sungai Brantas di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Kerajaan Kediri mengalarni bebepa kali pergantian raja, diantaranya Raja Sri Bameswara (1117 – 1130 M), Raja Jayabaya (1135 – 1157 M), Raja Sri Sarewara (1159 – 1161 M), Raja Sri Aryswara (1162 – 1168 M), Raja Sri Gandra (1169 – 1171 M), Raja Kameswara dan Raja Kertajaya.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kemakmuranya pada masa pemerintahan Jayabaya yang dikenal dengan ramalannya. Beliau pemah mengarang Kitab Nujum Jayabaya. Pada masa pemerintahannya hidup dua orang pujangga yaitu Empu Sedah dan Empu Panuluh. Empu Sedah mengarang Kitab Bharata Yudha. tetapi tidak selesai karena Empu Sedah meninggal dunia. Kemudian, penulisan kitab tersebut dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Beliau juga mengarang Kitab Gatutgaca Sraya dan Kitab Hariwangsa.
Pada tahun 1182 yang memerintah Kerajaan Kediri ialah Kameswara dengan Permaisurinya Sri Kirana atau Candra Kirana. Pada masa pemerintahannya hidup seorang pujangga bernama Empu Dharmaraja yang mengarang Kitab Smaradhahana dalam bentuk kakawihan. Dalam kitab tersebut dituliskan bahwa Raja Kameswara sebagai titisan Dewa Kamajaya dan permaisurinya disamakan dengan Dewi Ratih sebagal dewi kecantikan.
Raja Kameswara digantikan oleh Kertajaya yang merupakan raja terakhir Kediri Kertajaya memerintah dan tahun 1190 sarnpai dengan 1222. Pada masa Kerajaan Kediri semakin mundur karena, Kertajaya kurang bijaksana dalam mengolah pemerintahan serta sering berselisih dengan para Brahmana sehingga kurang berwibawa dan tidak disukai.
Pada Tahun 1222 Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Petempuran Kertajaya dan Ken Arok berlangsung di Desa Ganter. Kemudian, pusat pemerintahannya dipindahkan ke Tumapel yang selanjutnya disebut Singasari.
Sumber : buku PT.Sarana Panca Karya Nusa